1.
Orang-orang yang membantu pelaku
Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti mengaku sudah menginstruksikan anak
buahnya untuk memburu kelompok radikal yang melakukan aksi teror di
kawasan Sarinah, Jakarta Pusat. Kapolri meyakini ada orang yang membantu memfasilitasi lima pelaku peledakan bom dan penembakan di Sarinah.
"Pasti
ada orang-orang yang membantu siapa yang memfasilitasi dan sebagainya,
tentu semua yang terkait harus dilakukan pengejaran untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya," kata Kapolri di RS Polri, Kramat
Jati, jakarta, Jumat (15/1).
Terkait
pelaku yang disebut-sebut sebagai jaringan ISIS, Kapolri tidak
membantahnya. Badrodin juga menyebut sudah mengetahui adanya komunikasi
antara pelaku teror di Jakarta dengan di Suriah.
"Dalam aksi baku tembak kemarin. Terakhir kita bisa mendeteksi komunikasi mereka, mereka masih ada di Suriah," ucapnya.
2.
Identitas para pelaku
Dari tujuh korban tewas, terdapat lima pelaku peledakan dan penembakan di Sarinah, Jakarta
Pusat, Kamis lalu. Jenazah mereka saat ini berada di Rumah Sakit
Kepolisian Pusat RS Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur, untuk
diidentifikasi.
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan pria
berbaju hitam dengan menggunakan topi dan membawa pistol yang melakukan
penembakan dan tertangkap kamera wartawan di tengah Jalan MH Husni
Thamrin diketahui bernama Afif. Afif pernah ikut pelatihan di Aceh.
"Yang
tewas pakai topi hitam dan pakai kaos hitam, bawa ransel itu pelaku
namanya Afif itu yang ditangkap di Aceh," kata Badrodin kepada wartawan
usai salat jumat di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (15/1).
Jenderal
bintang empat ini menegaskan, Afif dihukum penjara lantaran ikut
pelatihan gerakan radikal di Aceh. "Dia pernah ikut kegiatan (pelatihan)
gerakan radikal di Aceh," katanya singkat.
Sementara untuk
pelaku lainnya, Kapolri menyatakan masih dilakukan identifikasi. "Sedang
dilakukan penyelidikan yang pelaku mana yang bukan yang mana. Tentu
kita tidak hanya bisa mengandalkan visual saja, perlu ada tes yang kita
lakukan. Supaya sama dengan standar yang ada. Tidak hanya ada satu
sumber saja. Tetapi kita bisa mintakan nanti DVI untuk mempertegas agar
tidak terjadi adanya kesalahan," ujar Kapolri di RS Polri, Kramat Jati,
kemarin.
3.
Pelaku teror datang ke Sarinah naik Gran Max
Lima pelaku terorisme Sarinah, Jakarta
Pusat, dikabarkan mendatangi lokasi dengan menggunakan sebuah mobil
Grand Max berpelat D (Plat Bandung). Menanggapi hal tersebut, Kapolda
Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian belum bisa banyak berkomentar.
"Belum ada. Sedang kami selidiki," singkat Tito, di Polda Metro Jaya, Jumat (15/1).
Tito
pun langsung membahas tentang olah TKP pasca kejadian terorisme
tersebut. Menurutnya semua sudah berjalan dengan baik dan normal
kembali.
4.
Bahrun Naim
Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian menyebutkan Bahrun Na'im adalah
orang yang paling bertanggung jawab dalam serangan teror di Sarinah, Jakarta.
Bahrum diyakini memiliki ambisi besar untuk merebut kepercayaan dari
pemimpin ISIS Abu Bakar Al-Bagdadi untuk memimpin kawasan Asia Tenggara.
Lelaki
yang dilaporkan hilang sejak 2015 ini diyakini bergabung dengan ISIS
dan bersembunyi di ibu kota Raqqa, Suriah. Dia pernah ditangkap petugas
Densus 88 Antiteror Mabes Polri, Rabu 10 November 2010 lalu, di rumah
kontrakannya di kampung Mertrodanan RT 02/03 Semanggi, Pasar Kliwon,
Solo, Jawa Tengah, karena diduga terkait kasus terorisme.
Bahrun
dikenal berprofesi sebagai teknisi komputer dan internet. Dalam
penangkapan tersebut juga diamankan dua kotak amunisi jenis peluru AK
349, enam CPU, sarung senjata api, satu laptop, sejumlah keping CD,
serta buku-buku.
Setelah diproses hukum, Bahrun divonis penjara
selama 2,5 tahun oleh Pengadilan Negeri Solo. Dia terbukti melanggar
Undang-Undang Darurat Darurat Nomor 12 tahun 1951 tentang kepemilikan
senjata api dan bahan peledak.
Nama Bahrun kembali mencuat pada
medio Maret 2015. Saat itu, Siti Lestari, mahasiswi semester akhir
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Solo, dilaporkan hilang.
Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber menyebutkan, wanita asal
Kabupaten Demak tersebut dibawa calon suaminya bernama Bahrun Naim, ke
Suriah.
"Pasti ada orang-orang yang membantu siapa yang memfasilitasi dan sebagainya, tentu semua yang terkait harus dilakukan pengejaran untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya," kata Kapolri di RS Polri, Kramat Jati, jakarta, Jumat (15/1).
Terkait pelaku yang disebut-sebut sebagai jaringan ISIS, Kapolri tidak membantahnya. Badrodin juga menyebut sudah mengetahui adanya komunikasi antara pelaku teror di Jakarta dengan di Suriah.
"Dalam aksi baku tembak kemarin. Terakhir kita bisa mendeteksi komunikasi mereka, mereka masih ada di Suriah," ucapnya.
2.
Identitas para pelaku
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan pria berbaju hitam dengan menggunakan topi dan membawa pistol yang melakukan penembakan dan tertangkap kamera wartawan di tengah Jalan MH Husni Thamrin diketahui bernama Afif. Afif pernah ikut pelatihan di Aceh.
"Yang tewas pakai topi hitam dan pakai kaos hitam, bawa ransel itu pelaku namanya Afif itu yang ditangkap di Aceh," kata Badrodin kepada wartawan usai salat jumat di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (15/1).
Jenderal bintang empat ini menegaskan, Afif dihukum penjara lantaran ikut pelatihan gerakan radikal di Aceh. "Dia pernah ikut kegiatan (pelatihan) gerakan radikal di Aceh," katanya singkat.
Sementara untuk pelaku lainnya, Kapolri menyatakan masih dilakukan identifikasi. "Sedang dilakukan penyelidikan yang pelaku mana yang bukan yang mana. Tentu kita tidak hanya bisa mengandalkan visual saja, perlu ada tes yang kita lakukan. Supaya sama dengan standar yang ada. Tidak hanya ada satu sumber saja. Tetapi kita bisa mintakan nanti DVI untuk mempertegas agar tidak terjadi adanya kesalahan," ujar Kapolri di RS Polri, Kramat Jati, kemarin.
0 Response to "Ini yang masih menjadi misteri dalam teror bom Sarinah"
Post a Comment